Ratusan warga masyarakat Kabupaten Mamberamo Raya Papua marah karena banyak Orang Asli Papua (OAP) tidak lolos alam Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil 2018, yang diumumkan pada Jumat 28 Agustus 2020. Yang diterima sebagai PNS di Kabupaten Mamberamo Raya adalah para pendatang dan orang luar Papua.
Begitu melihat dan membaca pengumuman nama-nama yang lolos jadi PNS 2018 yang dicantumkan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Mamberamo Raya (BKD Mamberamo Raya) pada Jumat pagi, 28 Agustus 2020, warga mulai marah dan terjadi kebakaran di kantor BKD Mamberamo Raya itu.

Koordinator Keluarga Mahasiswa Bauzi Mamberamo Raya Papua Jakarta, Samuel Pitawa menjelaskan, dirinya mendapat informasi dari saudara-saudara dan teman-temannya dari kampung halamannya di Mamberamo Raya, yang menyatakan warga Mamberamo Raya (Mamra) Papua marah, karena warga Mamra tidak lolos dalam Seleksi CPNS 2018 yang diumumkan BKD Kabupaten Mamberamo Raya itu.
“Pemda di Mamberamo Raya terlalu banyak menerima orang luar dan pendatang menjadi PNS di Mamberamo Raya. Untuk Orang Asli Papua sendiri sangat amat sedikit sekali yang terpilih,” ungkap Samuel Pitawa, di Jakarta, Jumat malam (28/08/2020).
Apalagi, setelah masyarakat yang ikut seleksi mendapatkan hasil pengumuman Seleksi CPNS 2018 itu pada Jumat pagi (28/08/2020), lanjut Samuel Pitawa, kemarahan memuncak.
“Bagi Orang Asli Papua, khususnya di Mamberamo Raya, pengumuman seleksi itu membuktikan bahwa Orang Asli Papua hanya akan jadi ‘penonton’ di Tanahnya sendisi alias hanya akan jadi pengangguran saja,” jelasnya.
Apalagi, lanjutnya lagi, di Kabupaten Mamberamo Raya itu sangat minim sekali lapangan pekerjaan.
“Di Mamberamo Raya tidak ada tempat kerja, tidak ada mall seperti di daerah-daerah lain, tidak ada pabrik-pabrik juga untuk tempat bekerja. Jadi, harapan masyarakat Mamberamo Raya itu, satu-satunya ya bisa bekerja di kantor-kantor Pemerintahan. Itu satu-satunya harapan mereka. Dan itu pun tidak diakomodir,” jelas Samuel Pitawa.
Samuel Pitawa menjelaskan, dari informasi yang diperolehnya, masyarakat mulai berbondong-bondong mendatangi Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Mamberamo Raya, pada Jumat pagi (28/08/2020) untuk melihat pengumuman hasil Seleksi CPNS 2018.
Kekesalan dan rasa marah muncul karena tidak tertera Orang Asli Papua (OAP) yang ikut seleksi di penguumuman itu. Dari sekitar 300-an orang PNS yang diterima, menurut Samuel, hampir semuanya pendatang dan dari luar.
Kemarahan warga, lanjutnya, selain terbakarnya Kantor BKD Kabupaten Mameramo Raya, juga mereka menutup akses transportasi sungai, dan jalan-jalan. Hingga membuat transportasi berhenti total.
Samuel Pitawa meminta Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya, Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Pusat, untuk memperhatikan perimbangan penerimaan CPNS bagi Orang Asli Papua (OAP).
“Jika tidak, ya akan marah terus masyarakat Papua. Tak pernah dianggap,” tandasnya.

Pada Jumat siang (28/08/2020), Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Mamberamo Raya, Papua dilaporkan dibakar oleh oknum warga atau massa yang kecewa dengan hasil pengumuman tes CPNS Formasi 2018.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal di Kota Jayapura, Jumat sore ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut.
“Jadi, laporan yang diterima dari pukul 11.00 WIT hingga pukul 13.00 WIT, terjadi perusakan dan pembakaran kantor BKD Mamberamo Raya oleh oknum warga yang kecewa terkait hasil pengumuman CPNS 2018 oleh pemerintah setempat,” katanya di Mapolda Papua.
Kronologi peristiwa itu, bermula sekitar pukul 10.00 WIT puluhan warga yang diduga tidak lolos formasi CPNS 2018 itu berkumpul di Distrik Kasonaweja, Kabupaten Mamberamo Raya kemudian menyeberang ke Burmeso, pusat perkantoran dengan menggunakan sejumlah speedboat dan perahu.
“Dalam perjalanan ke arah Burmeso, pusat perkantoran mereka melakukan pelemparan sejumlah kantor, termasuk kantor KPU setempat,” jelasnya.
Awalnya kumpulan warga itu hendak ke kantor BKD Mamberamo Raya untuk menemui pejabat atau staf terkait, guna menanyakan soal pengumuman CPNS formasi 2018 yang telah beredar di tengah publik.
“Mereka mencoba menemui staf disana tapi tidak didapatkan, padahal ingin minta penjelasan terkait hasil pengumuman CPNS itu. Kapolres Mamberamo Raya telah di TKP bersama personelnya untuk melerai dan menenangkan massa agar tidak bertindak anarkis, tapi tidak berhasil karena jumlah warga sekitar 500 orang,” terangnya.
Setelah melampiaskan kemarahan (rusak dan bakar kantor BKD), massa membubarkan diri satu persatu ke arah speedboat dan perahu.
“Mereka membubarkan diri, kembali ke rumah masing-masing dengan menggunakan speedboat dan perahu, karena mereka bukan tinggal di Burmeso, ada yang di Kasonaweja dan distrik lainnya,” ujarnya.
Dia menyatakan, peristiwa itu bisa dicegah seandainya penyelenggara pemerintah dalam hal ini BKD Kabupaten Mamberamo Raya berkoordinasi terkait rencana pengumuman CPNS sehingga bisa dilakukan antisipasi terkait aksi anarkis tersebut.
“Pihak kepolisian baru tahu setelah ada mobilisasi massa yang bergerak dari Kasonaweja ke Burmeso. Hal ini cukup kita sayangkan, karena merugikan. Jika ada hal yang patut dibicarakan sebaiknya dilakukan,” imbuhnya.
Kamal mengatakan, hingga kini aparat Kepolisian Resort Mamberamo Raya masih berjaga-jaga di sekitar lingkungan perkantoran di Distrik Burmeso dan Kasonaweja.(RGR)