Aparat Kepolisian diminta membuka dengan seterbuka-terbukanya alasan pelaku penusukan Syekh Ali Jeber yang ditusuk saat memberikan ceramah.
Peristiwa penusukan Syekh Ali Jeber ini telah menghebohkan jagat media sosial dan masyarakat di tengah pandemi Covid-19 yang masih meninggi. Hal ini semakin menimbulkan keresahan dan kecemasan di tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen mengatakan, salah satu tawaran cara untuk memverifikasi dan mengklarifikasi motif pelaku penusukan terhadap Syekh Ali Jeber itu yakni dengan menanyakan secara langsung kepada pelaku, yang bisa ditayangkan secara live, tanpa rekayasa.
“Sebab, jika hanya dengan keterangan-keterangan yang diberikan penyidik Kepolisian, rasa-rasanya masyarakat malah kian memanas menanggapi peristiwa itu. Sebaiknya, ditanyakan langsung secara live kepada pelaku,” tutur Samuel F Silaen, di Jakarta, Rabu (16/09/2020).
Samuel F Silaen mengatakan, peristiwa-peristiwa seperti yang dialami Syekh Ali Jeber itu sangat mudah menyulut kemarahan dan juga sakwasangka di tengah masyarakat Indonesia yang sangat pluralis, dan sedang dilanda derita akibat pandemi Covid-19 ini.
Dengan penjelasan sepotong-sepotong, lanjutnya, dan bukan dari mulut Si Pelaku sendiri, maka belum bisa membuat terang-benderang sakwasangka dan saling curiga yang begitu mudahnya dibenturkan di masyarakat.
Dengan menyiarkan secara live dan tanpa rekayasa, menurut Silaen, akan mampu membuat lebih terang benderang latar belakang Si Pelaku yang berani menusuk ulama Syekh Ali Jeber saat sedang ceramah agama. Apa penyebab penusuk tersebut sangat tega melakukannya.
“Dengan ditayangkan live ke publik, masyarakat bisa menyaksikan langsung penjelasan dari mulut pelaku penusukan tersebut. Sehingga, rakyat yang menonton bisa terjawab keingintahuannya terkait kasus ini,” ujarnya.
Polisi, lanjutnya, memang harus bekerja professional. Meskipun sedang didesak-desak untuk segera menyelesaikan kasus penusukan tersebut. Dan jangan dibuat berlarut-larut.
Perlu juga dipahami, katanya, masyarakat Indonesia saat ini sebagian besar sedang dihinggapi sindrom tak percaya, bahkan sulit percaya, jika polisi sendiri yang menyampaikan kepublik.
“Hal itu karena elite politik, tokoh masyarakat, tokoh agama, seolah bimbang kepada profesionalitas Polisi dalam menuntaskan kasus- kasus serupa yang pernah terjadi,” beber Silaen.
Publik, menurut Silaen lagi, seolah tak percaya kejadian penusukan itu spontanitas dilakukan oleh yang bersangkutan.
Kasus penusukan Syekh Ali Jeber ini sangat viral, bahkan lebih heboh dari kasus penusukan Menteri Jenderal Purnawirawan TNI Wiranto yang terjadi sewaktu kunjungan kerja di Provinsi Banten, beberapa waktu silam.
“Kecaman demi kecaman terlontar dari banyak kalangan, menuntut polisi segera mengungkap motif dan niat penusuk. Penegak hukum harus berlaku sama dan adil kepada semua warga negara tanpa pandang bulu, tanpa diskriminatif. Polisi harus bekerja keras, cerdas dan tuntas,” imbuhnya.
Tokoh agama manapun, tambah Silaen, harus dilindungi oleh negara. Para penegak hukum harus menjamin keselamatan warga negara di manapun berada. Penegakan Hukum tak bisa pandang bulu, semua warga negara harus mendapat perlakuan yang sama.
“Jadi, ini tantangan berat, sekaligus harapan rakyat akan hadirnya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, dari Merauke sampai ke Sabang,” tandas Samuel F Silaen.(RGR)