Pro Kontra Meresponi Omnibus Law, Belajarlah Dari Filem The Last Samurai

Ekonomi118 Dilihat

Pro kontra kehadiran Undang-Undang Cipta Kerja terus terjadi. Para penolak Undang-Undang Cipta kerja dan kebijakan lainnya kerap kali diposisikan sebagai kelompok Anti Jokowi yang ingin menjatuhkan Presiden Jokowi.

Kerap kali juga orang-orang yang mengkritisi Presiden Jokowi itu disebut sebagai kelompok kadrun-lah, kelompok pendukung KAMI-lah, dan lain sebagainya.

Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (Sekjen Opsi) Timboel Siregar mengatakan, orang yang mengkritisi Presiden Jokowi di-framing sebagai kelompok radikal yang memang ingin merebut kekuasaan.

Menurut Timboel, tuduhan-tuduhan itu tidak benar. Banyak orang yang memang mengkritisi kebijakan Pemerintah karena memang ingin melindungi Presiden dari orang-orang yang ingin memanfaatkannya demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Koordinator Advokasi BPJ Watch ini mengatakan, teringat dengan sebuah film yang berjudul The Last Samurai.

Dalam film tersebut diceritakan tentang dua kelompok pendukung Kaisar yang berseberangan, yaitu kelompok yang duduk di pemerintahan yang aktor utamanya adalah Sang Perdana Menteri, melawan loyalis Kaisar yaitu para Samurai yang ingin tetap melindungi Kaisar.

Dalam cerita itu, lanjutnya, Perdana Menteri dan Kabinetnya tidak suka dengan para Samurai tersebut. Dan mereka berusaha membujuk Kaisar untuk mengeluarkan perwakilan para Samurai dari rapat-rapat yang diselenggarakan Kaisar.

Sang Perdana Menteri memandang para Samurai akan mengganggu rencana pemerintah membeli persenjataan dari Amerika.

Para Samurai memang tidak setuju pembelian senjata tersebut. Karena senjata tersebut dikhawatirkan justru akan membunuh rakyat Jepang sendiri.

Perdana Menteri terus meyakinkan Kaisar untuk membeli senjata. Dalam film tersebut diceritakan sebenarnya motif membeli senjata didasari pada upaya melakukan korupsi dari pembelian senjata tersebut.

Akhirnya pembelian senjata dilakukan dari Amerika. Diutuslah seorang Kapten Tentara Amerika untuk melatih tentara Jepang menggunakan senjata tersebut. Dalam kelanjutannya, Si Kapten Amerika ini diminta untuk ikut memerangi para Samurai. Tapi dia tidak mau dan akhirnya Si Kapten bergabung dengan para Samurai.

Benar sekali senjata tersebut memang digunakan untuk berperang dan membunuh para Samurai sebagai lawan politik Si Perdana Menteri.

Si Kapten tersebut ikut berperang melawan tentara pemerintah dan menyaksikan bagaimana Samurai terakhir mati.

Samurai terakhir ini adalah Pimpinan Samurai, Orang Kepercayaan Kaisar yang memang ingin melindungi Kaisar, yang selama ini menjadi rival Si Perdana Menteri.

Ketika Si Kapten Amerika ini menghadap Kaisar untuk menceritakan tentang kematian Pimpinan para Samurai ini. Kaisar bertanya bagaimana cara Samurai terakhir ini mati? Dijawab, mati dengan hara-kiri. Karena memang para Samurai lainnya sudah mati ditembaki oleh pasukan pemerintah.

Kaisar menangis dan menyesal, kenapa harus membeli senjata dari Amerika. Yang akhirnya terjadi perang saudara. Si Perdana Menteri mencoba meyakinkan Kaisar, tetapi Kaisar marah besar kepada Si Perdana Menteri dan langsung mengusirnya.

“Saya kira, Pak Presiden juga sedang dikelilingi oleh para loyalisnya yang berada di luar pemerintahan yang memang benar-benar mengkritisi kebijakan pemerintah secara obyektif karena kecintaannya kepada Indonesia,” ujar Timboel.(RGR)