Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) Masa Bakti 2022/2024 sukses menggelar acara Dies Natalis Ke-73 GMKI, pada Kamis sore (09/02/2023) di Museum Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat.
Tampak ratusan senior GMKI dan kader-kader GMKI bersama jajaran fungsionaris PP GMKI Masa Bakti 2022/2024 memadati Gedung Joang 45.
Pembawa Firman TUHAN, Tokoh Kristen yang juga Senior GMKI, Pdt Saut Hamonangan Sirait, menyampaikan khotbah dan motivasi yang kuat kepada kader-kader dan keluarga besar GMKI Setanah Air.
Pdt Saut Hamonangan Sirait adalah senior GMKI jebolan STT Jakarta, Mantan Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Jakarta, Mantan Ketua Umum Partisipasi Kristen Indonesia (Parkindo), mantan Ketua DPP GAMKI, mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan mantan aktivis senior yang dikenal berani dan progresif melawan otoritarianisme penguasa Orde Baru.
Bersama Senior GMKI, Imanuel E Blegur, yang merupakan mantan Ketua Umum PP GMKI dua periode, Tokoh Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), dan pernah menjabat anggota DPR RI, acara Dies Natalis Ke-73 GMKI berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan.
Juga tampak hadir Senior GMKI yang juga Tokoh dan sesepuh Maluku, Prof John Pieris, Senior GMKI Advokat Sandi Eben Ezer Situngkir, Senior GMKI mantan petinju dunia Sikkat Pasaribu, Senior GMKI Adele Hutapea, Mantan Ketua Umum PP GMKI Ayub Pongrekun, Mantan Sekum PP GMKI Exel, Senior-Senior GMKI dan Kader-Kader GMKI, serta undangan dan pimpinan Kelompok Cipayung Plus.
Acara dimulai dengan ibadah perayaan dies natalis dengan dipimpin langsung Pdt Saut Hamonangan Sirait yang juga merupakan senior GMKI.
Setelah ibadah, acara dilanjutkan dengan memotong tumpeng secara simbolik dan diberikan kepada para tamu undangan yang terdiri dari pimpinan organisasi Cipayung Plus dan senior-senior di dalamnya sebagai bentuk perayaan hari jadi GMKI ke-73.
Dalam sambutan kali ini, Ketua Umum PP GMKI, Jefri Edi Irawan Gultom menyampaikan gagasan tentang ‘tumbuh bersama’ dalam lingkaran semangat Oikumenisme dan Nasionalisme yang melekat langsung di dalam tubuh setiap kader GMKI.
Ia mengatakan bahwa dalam perjalanan panjang sejarah suatu bangsa, terkandung sebuah memori perjuangan yang tak lekang oleh perubahan zaman dan geliat teknologi di dalamnya.
“Sejarah akan menentukan jalannya sendiri, begitu juga dengan kebenaran. Karena sejarah mengikat dua dimensi yang amat sangat esensial yaitu ruang dan waktu,” ujar Jefri Gultom dalam pidato di Dies Natalis PP GMKI.
“Ruang menghendaki makna kehadiran kita soal esensi hidup, sementara waktu menjadikan kita sangat berharga karena merekam segala perjalanan,” sambungnya.
Menurutnya, ber-GMKI merupakan sebuah proses bertumbuh dalam ikatan iman dan intelektualitas yang menjadi satu dalam dimensi pengabdian bagi seluruh kader GMKI di mana pun ia berada.
“Ber-GMKI adalah proses bertumbuh olehnya terbentang waktu hingga saat ini 73 tahun memberikan makna bagi umat kristiani dan bangsa ini. Bukan lagi muda tidak juga terlalu tua untuk sebuah organisasi yang melekat sebuah sejarah sebuah komunitas iman dan komunitas bangsa,” terangnya.
Dalam kesempatan ini, ia juga mengingatkan akan pentingnya GMKI bagi mereka yang pernah terjun langsung dalam aksi nyata membangun negeri.
“Tetapi bagi kita yang pernah singgah, GMKI adalah rumah belajar untuk mengasah logika berpikir. Jembatan aspek antara teori dan praktik. Serta mengasah intelektual untuk menjaga nalar dan akal budi,” katanya.
Jefri Gultom pun meminta agar seluruh kader GMKI untuk merefleksikan makna dari perayaan Dies Natalis di dalam kehidupan berorganisasi sebagai bentuk perjuangan dan spirit pergerakan dalam menggapai tujuan besar organisasi.
“Di usia yang ke-73 GMKI sudah menjadi sejarah dari kisah hidup ribuan orang pemuda Kristen dan alumni. Yang pernah mengabdikan diri untuk belajar di dalamnya. Rumah belajar ini juga sudah menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia dan beragam organisasi kemahasiswaan,” tuturnya.
“Bersama kita patut bersyukur dan berbangga karena organisasi ini mampu berlayar di sebuah perubahan jaman yang cukup radikal dan gelagat zaman yang semakin canggih,” ujar Ketua Umum PP GMKI Jefri Gultom.
Setelah acara Dies Natalis Ke-73 GMKI dari Gedung Joang 45, sejumlah Senior GMKI, antara lain Imanuel Ekadianus Blegur, Pdt Saut Hamonangan Sirait, dan Pengurus Pusat GMKI kembali ke markas PP GMKI di Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, dan menemui ‘Acara Dies Natalis Tandingan’ versi Sekretaris Umum Artinus Hulu bersama beberapa senior pendukungnya.
Tampak mereka memasang tenda di depan sekretariat PP GMKI itu, dengan bermuram durja.
Setelah memberikan wejangan-wejangan dan beberapa saran perbaikan GMKI ke depan, Senior GMKI Imanuel E Blegur pun mengulurkan tangan dan bantuan bersama beberapa senior yang ada di lokasi untuk membantu membayar sewa tenda dan beberapa keperluan Artinus Hulu dan kawan-kawannya.
Salah seorang kader GMKI yang ada di lokasi menyeletuk, agar Artinus Hulu bersama beberapa senior pendukungnya yang selama ini mencoba membuat perpecahan di GMKI untuk segera bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
“Makanya Artinus Hulu, kamu jangan kebanyakan mendengar senior-senior yang cuma menyampaikan pokir-pokir (pokok-pokok pikiran-Red), tanpa asupan gizi yang benar. Bisa-bisa kembung masuk angin kamu nanti, sakit dan atau malah mati mengenaskan. Kasihan Bapak dan Ibumu nanti mencari-cari kamu,” ujar pria yang terkenal suka guyon yang tak mau disebut namanya.
Terpisah, Ketua Umum PP GMKI, Jefri Edi Irawan Gultom, menyampaikan, selanjutnya PP GMKI Masa Bakti 2022/2024, akan menggelar Sidang Pleno I, untuk membahas dan mempersiapkan sejumlah agenda dan program organisasi, serta juga membahas sejumlah riak-riak yang disebabkan oleh Sekretaris Formatur Artinus Hulu dan kawan-kawannya.
“Kami akan menggelar Sidang Pleno I pada Jumat sampai Minggu, 10 Februari 2023 sampai 12 Februari 2023,” ujar Jefri Gultom.***
Berikut Pidato Dies Natalis Ke-73 GMKI yang disampaikan Ketua Umum PP GMKI Jefri Edi Iriawan Gultom.
Pidato Dies Natalis
Tumbuh Bersama, Lebih Pasti Melangkah
Jefri Edi Irawan Gultom
Ketua Umum PP GMKI Masa Bakti 2022-2024 Jakarta, 9 Februari 2023
Bpk/ibu…
Menurut Hellen Keller, karakter seseorang tak bisa berkembang dalam ketenteraman dan ketenangan. Hanya lewat cobaan dan penderitaan jiwa kita bisa dikuatkan, ambisi dibangkitkan dan sukses diwujudkan.
Para penyintas sejarah selalu berkata; sejarah akan menentukan jalannya sendiri, begitu juga dengan kebenaran. Karena sejarah mengikat dua dimensi yang sangat esensial yaitu ruang dan waktu. Ruang menghendaki makna mengenai kehadiran kita, soal esensi hidup. Waktu menjadikan kita berharga karena merekam rentetan perjalanan.
Ber-GMKI adalah proses bertumbuh. Olehnya, terbentang waktu hingga saat ini. 73 tahun memberi makna bagi umat Kristiani dan bangsa ini. Bukan lagi muda, tidak juga terlalu tua untuk sebuah organisasi yang melekat dengan sejarah sebuah komunitas iman dan komunitas bangsa.
Tapi bagi kita yang pernah singgah, GMKI adalah rumah belajar untuk mengasah logika dan cara berpikir, jembatan dialog antara aspek teori dan praktek, serta wahana intelektual untuk menjaga nalar dan akal budi.
Di usia yang ke 73, GMKI sudah jadi sejarah dari kisah hidup ribuan orang muda Kristen dan alumni yang pernah mengabdikan diri untuk belajar di dalamnya.
Rumah belajar ini juga sudah jadi bagian dari cerita perjuangan bagi bangsa Indonesia dari beragam organisasi kemahasiswaan.
Kalau kita merefleksikan dalam ulasan menarik John Green mengenai The Anthropocene Reviewed, menurutnya, sejarah selalu berurusan dengan tiga konteks yakni merenung, mencipta dan merasa.
Ketiganya bertaut dengan ruang dan waktu. Ruang membuka khazanah berpikir untuk merawat nalar dan menguatkan iman, dan waktu sebagai pengingat setia bahwa organisasi ini harus terus hidup dan beri makna.
Dan itulah konteks perjalanan usia GMKI hingga hari ini. Bersama kita bersyukur dan patut berbangga bahwa organisasi ini mampu berlayar di tengah perubahan yang cukup radikal dan gelagat zaman yang makin canggih.
Bpk/ibu…
Di usia yang ke 73 tahun ini, di antara gelombang perubahan akibat disrupsi teknologi, era kompetisi global, menjalarnya arus globalisasi, dan masyarakat jejaring ala Manuel Castells, ijinkanlah saya berbagi refleksi yang bisa jadi bahan diskusi dan buah pikiran bersama.
Pertama, di organisasi ini banyak yang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih. Semua kita terlahir istimewa.
Tuhan tidak pernah menciptakan manusia tanpa peran. Maka dalam diri manusia melekat apa yang umumnya disebut sebagai garis tangan, takdir ataupun jalan iman.
Di GMKI ini semua orang, siapa pun itu terpanggil untuk jadi kadernya, ikut proses belajar, mengalami dan menikmati dinamika belajarnya, lalu pada batasan waktunya harus bergegas untuk berkarya lebih nyata di masyarakat.
Semua kader punya peluang untuk jadi pemimpin di internal ataupun eskternal tapi kehendak baik ada pada sang pemilik gerakan ini.
Kedua, GMKI sebagai organisasi yang berarti wahana untuk melatih diri.
Dalam waktu yang terbatas. Setiap orang dengan zamannya dan dinamika yang berbeda. Selalu ada yang datang dan pergi, tidak ada yang tetap di GMKI. Yang tetap adalah prinsip nilai dan fondasi spiritual gerakan untuk menghadapi tantangan zaman.
Sebagai wahana untuk melatih diri, maka ketika waktunya tiba untuk mengakhiri proses di GMKI setiap insan diharapkan jadi pribadi yang berintegritas, punya prinsip nilai dan bijaksana ketika berkarya di mana pun.
Bagi insan yang masih punya kesempatan untuk belajar harus memanfaatkan waktu dengan maksimal dan carilah mentor yang benar dan bijak, yang pegang teguh pada panji perjuangan dan konstitusi organisasi agar arah dan tujuan lebih jelas dan pasti.
Seperti apa yang dikatakan oleh Robert Sitorus, Ketua Umum GMKI di masanya, ‘’seorang organisatoris sejati tidak akan hancur hanya karena tugas organisasi kecuali ia sendiri yang merobek-robek dadanya.’’
Ketiga, momentum dies natalis ini adalah kesempatan istimewa untuk kita memaknai kembali 3 prinsip nilai yang sering kita gaungkan.
Prinsip Tinggi Iman perlu dipertegas secara mengakar. Agar ketika tumbuh, kualitas iman harus seiring sejalan komitmen nilai-nilai Kristiani tidak mudah untuk diperjualbelikan ataupun terombang-ambing oleh tantangan zaman seperti globalisasi, modus politik, dan modus ekonomi. Emas diuji dengan api, iman diuji dengan cobaan.
Kedua, prinsip Tinggi Ilmu harus diwujudkan secara kontekstual dengan strategi menciptakan ekosistem pengetahuan yang terintegrasi dalam merawat nalar dan akal budi.
Proses pembelajaran untuk pendidikan kader harus mulai menjajaki media digital secara kreatif dan inovatif.
Berikut, Tinggi Pengabdian akan dengan sendirinya seiring sejalan kontekstualisasi yang mengikat antara iman dan ilmu. Gagasan dan konsep gerakan harus diterjemahkan menjadi peristiwa hidup.
Keempat, tema yang dipilih di kongres. Bagi saya secara pribadi sebagai refleksi iman, tidak ada yang kebetulan.
Semua peristiwa baik atau buruk, positif atau negatif itu adalah ketetapanNya. Kira-kira ini refleksi saya.
Sewaktu saya mempersiapkan proposal rencana kerja jelang Kongres dan kemudian terpilih di Manokwari saya mengusung tagline Transformasi.
Tema yang dipilih di Kongres tersebut yakni Lihatlah, Kristus Menjadikan Semuanya Baru (Bdk. 21:1-5). Berikutnya, menjelang Kongres di Tana Toraja, saya mempersiapkan proposal rencana kerja dalam semangat Kolaborasi Berkelanjutan.
Taglinenya adalah koneksi, jejaring dan berkelanjutan. Sejalan dengan semangat itu, tema yang dipilih adalah Bangkitlah, Baharui Hidupmu dan Beritakanlah Injil (Bdk. Mrk 2:1-12).
Saya bukan teolog, saya juga bukan orang yang layak untuk menafsirkan tema ini. Di GMKI terlalu banyak yang lebih kemampuannya.
Tapi, ijinkan saya untuk berefleksi berdasarkan pada pengalaman pribadi. Tema ini mengajak insan GMKI untuk mewujudkan iman Kristen dari gagasan menjadi peristiwa hidup sehari-hari.
Dalam konteks organisasi seiring dengan semangat kolaborasi berkelanjutan di era disrupsi teknologi di satu sisi dan masyarakat jejaring di sisi yang lain.
Maka Langkah pertama adalah bagaimana membangun inisiatif kader untuk bergegas dan bergerak mengintegrasikan konektivitas yang sudah terbangun selama 73 tahun ini.
Kedua, tema ini mengajak kita untuk mengikatkan komitmen kerja sama lewat jejaring yang kita punya secara egaliter dan profesional untuk mengakselerasi format dan formulasi GMKI secara kreatif dan inovatif agar berperan lebih signifikan dan relevan baik internal maupun eksternal.
Ketiga, insan-insan GMKI diajak melalui tema ini untuk menerjemahkan prinsip etis nilai-nilai Kristiani ke dalam semangat pengabdian.
Komitmen itu harus berlandaskan pada simpul kebenaran sejati yakni Injil.
Sehingga sejarah perjalanan GMKI menuju masa depan akan semakin relevan dan signifikan, semakin terarah dan terukur, serta semakin nyata perannya dalam memberitakan Injil lewat karya dan prosesnya.
Bpk/ibu…
Di eksternal, tantangan bagi kita masih sama. Semua kita tahu dan sedang mengalami saat ini.
Kecanggihan teknologi, arus digitalisasi dan disrupsi teknologi melahirkan banyak beragam platform media digital, ada banyak profesi baru yang menuntut inisiatif transformasi, lalu kolaborasi dan mental kompetisi.
Oleh karena itu, pola pendekatan kolaboratif harus jadi pedoman pendidikan kader secara terintegrasi agar mampu menghasilkan pola gerakan yang kontekstual yakni bukan hanya inovatif dan kreatif tapi juga relevan dan signifikan.
73 tahun berlalu, tak ada jalan lurus. Jatuh bangun sudah menjadi dinamika yang lumrah terjadi dalam sebuah organisasi.
Di tengah tantangan zaman yang kompleks dari waktu ke waktu, Organisasi ini sudah mencetak banyak kader berkualitas yang berkarya dengan beragam profesinya.
Bagi insan yang merasakan makna dan nilai dari GMKI dalam karya dan pengabdiannya harus tetap memiliki GMKI sepenuhnya.
73 tahun hari ini, bagi kita yang hadir di sini maupun yang ikut secara online, dan semua yang pernah singgah untuk mengalami dan menikmati proses belajar di dalamnya harus menegaskan komitmen untuk memiliki GMKI dan di era disrupsi teknologi yang melahirkan masyarakat jejaring, kita harus bergandengan tangan untuk berkolaborasi membawa GMKI menuju masa depan yang kontekstual.
73 tahun tahun GMKI bukan hanya eksistensi tapi esensi. Terima kasih rumah belajar sudah menjadi bagian dari hidup seluruh civitas yang pernah dan sedang melatih diri untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam Spirit Oikumenisme dan Jiwa Nasionalisme.
Terima kasih untuk para pendahulu, dan semua yang pernah berkorban untuk organisasi ini.
Kita semua berutang pada organisasi ini, maka mari kita jaga bersama agar terus berdampak bagi Gereja dan Bangsa.
Di GMKI, siapa pun boleh datang dan pergi, singgah lalu beranjak, dan tak ada yang tetap. Waktu selalu jadi pengingat yang baik untuk setiap kita.
Tetapi, Spirit Oikumenisme dan Jiwa Nasionalisme sebagai fondasi gerakan tidak akan pernah berakhir dalam batasan waktu dan sejauh esensi GMKI terus bermakna bagi umat Kristen dan mewarnai perjuangan bangsa Indonesia.
Ayo #TumbuhBersama #LebihPastiMelangkah.
Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, Tinggi Pengabdian
Ut Omnes Unum Sint
Jefri Edi Irawan Gultom
Ketua Umum PP GMKI Masa Bakti 2022-2024
Susunan Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) Masa Bakti 2022-2024:
Ketua Umum: Jefri Edi Irawan Gultom
Ketua Bidang Organisasi: Hendra Leonardo Manurung
Ketua Bidang Pendidikan Kader dan Kerohanian: Yoel Umbu Runga Riti
Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan: Ranto Pasaribu
Ketua Bidang Hubungan Internasional: Refindi Micate
Ketua Bidang Ekonomi Kreatif: Tandiesak Parinding
Ketua Bidang Media Informasi dan Komunikasi: Noven Honorius
Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan: Meliana Gultom
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan: Lucky Marsel Wenno
Ketua Bidang Agraria dan Kemaritiman: Nias Felix Pusop
Sekretaris Umum: Artinus Hulu
Wakil Sekretaris Umum: Martha Elisabet Titihalawa
Sekretaris Fungsional Organisasi : Keny Gainau
Sekretaris Fungsional Pendidikan Kader: Abraham Saleh
Sekretaris Fungsional Kerohanian: Sterky Luis Fernando Konehe
Sekretaris Fungsional Gereja: Yusuf Simbiak
Sekretaris Fungsional Perguruan Tinggi: Juwita Theresia Panjaitan
Sekretaris Fungsional Masyarakat: Faber Riswantoro Siahaan
Sekretaris Fungsional Hubungan Internasional: Jesica Esther Warouw
Sekretaris Fungsional Ekonomi Kreatif: Novrita Sandante
Sekretaris Fungsional Media Komunikasi dan Informasi: Martin Ronaldo Pakpahan
Sekretaris Fungsional Pemberdayaan Perempuan: Olivia Wagono
Sekretaris Fungsional Penelitian dan Pengembangan: Ferdinand Umbu Tay Hambandima
Sekretaris Fungsional Agraria dan Kemaritiman: Wilson Paimbonan
Bendahara Umum : Bertin Trisna Wulandari Zamili
Wakil Bendahara Umum: Melia Lagoy Silaban
Korwil-Korwil PP GMKI
Koordinator Wilayah I (Aceh dan Sumut): Hizkia Ronaldus Silalahi
Koordinator Wilayah II (Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Bangka Belitung): Fajar Sihombing
Koordinator Wilayah III (DKI Jakarta, Jabar, Banten): Yulius Yohanes Carlos Wawo
Koordinator Wilayah IV (DI Yogyakarta dan Jateng): Jhonboltus Fara
Koordinator Wilayah V ( Jatim, Bali, dan NTB): Hizkia Trianto
Koordinator Wilayah VI (Kalteng, Kalsel, Kaltim dan Kaltara): Kristianto Triwibowo
Koordinator Wilayah VII (NTT): Arnol Nggadas
Koordinator Wilayah VIII (Sulsel, Sultra, Sulbar): Restu Tangaka
Koordinator Wilayah IX (Sulteng) : Trisno Palinoan
Koordinator Wilayah X (Sulut dan Gorontalo): Marko Rampengan
Koordinator Wilayah XI (Maluku) : Donatus Jamlean
Koordinator Wilayah XII (Papua dan Papua Barat): Mince Oyaitou
Koordinator Wilayah XIII (Sumbar, Riau, dan Kep. Riau): Sandy Hotdriaman Sinaga
Koordinator Wilayah XIV (Kalimantan Barat): Andrianus
Koordinator Wilayah XV (Maluku Utara) : Fandi Salasa.(*)